Pangandaran memang tak seeksotis bali, namun pesona pantai di selatan jawa barat ini tetap lah indah. Namun akses jalan menuju pangandaran beberapa bulan terakhir ini, sangatlah buruk... perbaikan jalan menuju pangandran terasa sangat lama.
Selasa, 24 September 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
diary indonesia: Pantai Karapyak, indah dan tenang namun terabaikan...
diary indonesia: Pantai Karapyak, indah dan tenang namun terabaikan...: Pantai karapyak, terletak di kabupaten baru Pangandaran kecamatan kali pucang,, akses menuju pantai ini sangat buruk untuk sebuah area tujua...
Pantai Karapyak - sebuah pesona yang terabaikan
liburan panjang akan segera tiba... dan pantai menjadi salah satu tujuan ... buat yang tinggal di Jakarta,, Ancol bukanlah pilihan yang mempesona... pantainya terlalu kumuh untuk bisa dinikmati...
Anyer juga bukan pilihan yang pas saat ini... perbaikan jalan yang berlangsung lama dan belum juga selesai hingga saat ini, Nah ada beberapa pilihan di selatan jawa barat... Pelabuhan Ratu atau Pangandaran...
Pelabuhan Ratu tentu lebih mudah dijangkau dari Jakarta,,, wisata pantainya juga tidak bisa lebih baik dari Anyer,,, Waktu tempuh dari jakarta sekitar 4 jam.. 3jam pertama Jakarta-Bogor-Ciawi dan pasti campur macet... 1jam terakhir ada pilihan jalan pintas Sikidang sekitar 1 jam dari jalan utama menuju Sukabumi... Jalan alternatif ini melewati perkebunan sawit dan area pertanian warga,, tipikal jalan berliku dan naik turun, pemandangan lumayan bagus,,, nah setelah berliku selam hampir 45 menit, kita segera memasuki Kota Pelabuhan Ratu... Petualangan wisata pantai lengkap dapat ditemukan di sini.. ya lengkap...
Sementara itu, buat yang kuat keinginannya dan ada budget lebih , bisa memilih Pangandaran... Waktu tempuh perjalanan dari Jakarta sekitar 8 Jam , tapi bulan Agust - Sept - Oktbr atau mungkin lebih,,, waktu tempuh akan lebih lama sekitar 2 jam.. karena kerusakan jalan dan atau perbaikan jalan yang sedang dikerjakan.. Dari jakarta jalan yang masih layak dibilang jalan , hanya bisa ditemukan sampai perbatasan kota Banjar.Setelah itu selamat datang di kenyataan bahwa negeri yang banyak orang pinter ini,, ga pernah bisa bikin jalan dengan mutu kelas dunia... adanya mutu kelas kampung aja,, walau memang jalan jalan itu melalui kampung kampung... Tapi Pangandaran memang punya banyak pilihan wisata pantai atau wisata alam dan petualangan...
Kalau Gue jadi mentri yang ngurusin pariwisata,, gue akan jadikan Pangandaran kabupaten yang bisa makmur dengan industri wisata... Ga perlu muluk muluk bikin Iklan dan penayangan yang butuh puluhan milyard,, bikin aja fasilitas umum yang baik,, dan kalau perlu bikin jalan bebas hambatan non tol biar jalan menuju Pangandaran bisa dilewati dengan nyaman,,, kalau sekarang mah... bukan jalan yang berlubang yang ada disana, tapi di lubang itu ternyata ada jalan. Pangandaran memang potensial sebagai daerah tujuan wisata,,, birokrat dan pelaku wisata tinggal mikir dengan tenang disertai niat baik, dan jangan hanya mengedepankan sisi komersil, maka pangandaran akan jadi wilayah wisata unggulan yang akan membawa kemaslahatan bagi bayak orang... Ada pantai timur dan barat Pangandaran, citumang, green canyon, dan batu karas,,, Sangat potensial tapi jalan menuju ke sana sangat BURUK... dan tidak layak untuk sebuah daerah tujuan wisata.
Diantara pilihan wisata di pangandaran, ada sebuah pantai yang dikenal dengan pantai KARAPYAK,
dari jalan utama Banjar - Pangandaran hanya sekitar 30 menit, tapi ya itu jalannya mirip sungai kecil yang kering... banyakan batu di banding aspal... berada di perbatasan jawa barat - jawa tengah.. Pantai Karapyak y
Pantai Karapyak, indah dan tenang namun terabaikan
Pantai karapyak, terletak di kabupaten baru Pangandaran kecamatan kali pucang,, akses menuju pantai ini sangat buruk untuk sebuah area tujuan wisata... Padahal pantai ini layak disejajarkan dengan pantai lain di pangandaran.. namun dikelola dengan ala kadarnya.. sebagai alternatif tujuan wisata, Pantai karapyak sungguh potensial.. karakter pantai yang sangat berbeda dengan Pangandaran.. pantai berkarang yang hanya menyisakan sedikit pasir purih ini, punya pemandangan nan eksotis,,,
Sebuah potensi wisata yang seakan dipandang sebelah mata, sarana dan prasaran di pantai karapyak dibiarkan terbengkalai, Penduduk setempat tentu tidak punya kemampuan dan kapasitas yang bisa diharapkan untuk mengembangkan wisata pantai ini.
Lokasi Pantai Karapyak yang berada di perbatasan jawa barat-jawa tengah juga menjadi daya tarik lain dari pantai karapyak.. Dari pantai ini kita bisa melihat Pulau Nusa kambangan yang fenomenal itu. Dan di bagian Timur Pantai ini terdapat segara anakan yang menjadi muara sungai citanduy yang berhulu di tasikmalaya, melintasi ciamis dan banjar serta sebagian cilacap dan pangandaran...
Penginapan murah bisa ditemukan di sekitar pantai, walau dikelola secara tradisional, namun sesuai dengan harga sewa kamar yang berkisar seharga Rp. 40.000 - Rp. 45.000,/ Tentu harga seperti ini tidak akan bisa kita dapatkan di Pantai pangandaran... namun sebagai alternatif buat liburan keluarga pantai karapyak dapat masuk dalam daftar urutan teratas...
Sebuah potensi wisata yang seakan dipandang sebelah mata, sarana dan prasaran di pantai karapyak dibiarkan terbengkalai, Penduduk setempat tentu tidak punya kemampuan dan kapasitas yang bisa diharapkan untuk mengembangkan wisata pantai ini.
Lokasi Pantai Karapyak yang berada di perbatasan jawa barat-jawa tengah juga menjadi daya tarik lain dari pantai karapyak.. Dari pantai ini kita bisa melihat Pulau Nusa kambangan yang fenomenal itu. Dan di bagian Timur Pantai ini terdapat segara anakan yang menjadi muara sungai citanduy yang berhulu di tasikmalaya, melintasi ciamis dan banjar serta sebagian cilacap dan pangandaran...
Penginapan murah bisa ditemukan di sekitar pantai, walau dikelola secara tradisional, namun sesuai dengan harga sewa kamar yang berkisar seharga Rp. 40.000 - Rp. 45.000,/ Tentu harga seperti ini tidak akan bisa kita dapatkan di Pantai pangandaran... namun sebagai alternatif buat liburan keluarga pantai karapyak dapat masuk dalam daftar urutan teratas...
senja nan elok di pantai karapyak |
Kamis, 21 Maret 2013
Pariwisata, Industri, Budaya, Sosial, Ekonomi, Pemerintah
Melintasi negeri yang luas ini, mengamati people activty, budaya, alam, dan semua aspek kehidupan yang menyertainya. Memberikan kebanggaan yang tiada tara, tanpa bermaksud mencari cari kesalahan pihak terkait dalam hal ini dinas pariwisata atau pemerintah setempat. Koq gue merasa masih banyak yang harus dilakukan untuk membuat industri pariwisata Indonesia lebih baik, lebih maju, lebih menguntungkan bagi semua pihak.
Tak dapat dipungkiri, kemajuan dunia pariwisata kita seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Gimana mau jalan jalan kalau ndak punya uang. Buat makan aja susah, itu kalimat yang otomatis terlontar kalau ada penawaran berkunjung ke sebuah tempat wisata bagi sebagian masyarakat dengan tingkat ekonomi pas pas-an. Kalimat yang sama juga akan terlontar dari mulut gue saat ini kalau ada yang menawarkan hal tersebut.
Solusi sederhana dari menyiasati keadaan tersebut dapat ditemukan dengan paket paket wisata yang biasanya diorganisir oleh ibu ibu arisan di RT. Jadilah dengan biaya yang masih terjangkau karena urunan sesama tetangga, keluarga keluarga sederhana ini bisa berwisata ke tempat tempat yang sudah populer untuk sejenak lepas dari hiruk pikuk kota.
Namun jika kita lebih teliti, ada pertanyaan yang mengemuka, kenapa saat ini semua orang yang terlibat di dunia wisata menjadi sangat money oriented. segala sesuatunya menjadi sangat mahal saat ini. Apa hanya orang berduit yang bisa berwisata? Jadi bertambah lagi kalimat yang mengikuti hidup rakyat jelata,... orang miskin dilarang sakit dan dilarang berwisata. he he he
Ada banyak persamaan yang menjadi pola mengeruk uang bagi pelaku wisata di seluruh Indonesia, mulai dari parkir kendaraan yang seragam di semua tempat wisata. Untuk tempat wisata yang dikelola masyarakat setempat dan pemerintah setempat harga parkir nya sepakat 5.000 dan akan berlipat ganda kalau dikelola swasta. Secangkir kopi mix minimal 5000 bahkan sampai 10.000. teh botol 5.000, coca cola dan teman teman 10.000, indomie 10.000 sampai 15.000, Nasi goreng yang gak ada rasanya jadi 20.000 mulai dari Ragunan, Pangandaran, sampai Lombok. he he he... Luar Biasa.. jadi jangan tanya kalau makanan yang lebih punya nama dan biasa di konsumsi orang berduit..
Yang juga menjadi cara bagi banyak pengelola wisata terutama pemda, ada asuransi untuk kendaaraan yang memasuki areal wisata yang hanya berjarak paling jauh 1 kilometer, ada juga retribusi untuk kebersihan, dinas pendapatan daerah, asuransi jiwa, dan banyak tetek bengek lainnya yang dijadikan paket untuk pintu masuk daerah wisata. Mungkin semuanya akan terasa wajar jika semua yang kita bayar sesuai dengan apa yang kita temukan dilokasi tersebut. Fasilitas umumnya sangat alakadarnya, yang bagus hanya pintu gerbangnya yang pasti dibangun dari uang rakyat.
Coba perhatikan tujuan wisata yang lebih khusus seperti Bali, Lombok, Karimun Jawa, Raja Ampat, Bunaken, Toba, dan wisata pantai, rasanya rakyat jelata seperti gue hanya bisa nonton di TV atau denger denger dari tetangga yang lebih beruntung.... Mahalllll pasti mas Bro n sist.....
Trus apa yang dilakukan pemerintah dari negara yang lagi belajar demokrasi ini.... Retorika masa orba masih membayangi setiap langkah pemerintah.... PNS nya dari profesor sampai tamatan sma masih banyak yang membuat program yang hanya mementingkan bungkus luarnya, tidak sampai menyentuh persoalaan dasar, tidak terkordinasi dengan baik antar instasi menjadi kendala yang selalu ada. Banyak program yang nota bene dibayar dengan uang negara, hanya bagus di teori dan sangat buruk di pelaksanaannya. terus diklaim berhasil dengan parimeter yang lebih mengandalkan angka angka... Sebuah kebodohan yang terus berulang dan berulang...
Setiap daerah punya ciri khas tersendiri, memang tidak diragukan lagi. Jangan heran kalau ke cipanas garut, mobil yang kita bawa dicuci setiap kita parkir, di hotel, tempat umum, warung makan, dengan setengah memaksa meminta kita membayar 15.000 sampai 20.000. Tanpa perduli kita baru aja cuci steam. Atau siap siap aja membayar sewa rakit yang hanya berjarak 100 meter dengan harga 80.000. ada juga masyarakat yang sengaja membuat portal di jalan masuk agar bisa mengutip 5.000 untuk setiap mobil wisatawan yang lewat. Jangan juga merasa berat kalau mau lihat sunrise kita harus bayar retribusi, Ada juga situs purbakala yang harus bayar 25.000 untuk setiap pengunjung sementara tak ada fasilitas umum yang memadai disana.
Belum lagi jagoan jagoan lokal yang memasang tampang garang dan mengutip uang takut dengan karcis atau tanpa karcis. atau organisasi masyarakat yang merasa jadi penguasa daerah.
Jadi bersiaplah membayar dan membayar untuk menikmati keindahan negeri sendiri. Jika pemahaman bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini masih bisa kita terima dengan senang hati, namun tentunya jangan sampai berlebihan. Kita rakyat yang bodoh ini juga sangat menyadari bahwa tempat wisata perlu perawatan, dan pegawai pegawai yang bernaung dibawahnya perlu untuk makan anak bininya. Tetap jangan berlebihan.
Ini lah Indonesia, masihkah kita bangga menjadi Indonesia.
Tak dapat dipungkiri, kemajuan dunia pariwisata kita seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Gimana mau jalan jalan kalau ndak punya uang. Buat makan aja susah, itu kalimat yang otomatis terlontar kalau ada penawaran berkunjung ke sebuah tempat wisata bagi sebagian masyarakat dengan tingkat ekonomi pas pas-an. Kalimat yang sama juga akan terlontar dari mulut gue saat ini kalau ada yang menawarkan hal tersebut.
Solusi sederhana dari menyiasati keadaan tersebut dapat ditemukan dengan paket paket wisata yang biasanya diorganisir oleh ibu ibu arisan di RT. Jadilah dengan biaya yang masih terjangkau karena urunan sesama tetangga, keluarga keluarga sederhana ini bisa berwisata ke tempat tempat yang sudah populer untuk sejenak lepas dari hiruk pikuk kota.
Namun jika kita lebih teliti, ada pertanyaan yang mengemuka, kenapa saat ini semua orang yang terlibat di dunia wisata menjadi sangat money oriented. segala sesuatunya menjadi sangat mahal saat ini. Apa hanya orang berduit yang bisa berwisata? Jadi bertambah lagi kalimat yang mengikuti hidup rakyat jelata,... orang miskin dilarang sakit dan dilarang berwisata. he he he
Ada banyak persamaan yang menjadi pola mengeruk uang bagi pelaku wisata di seluruh Indonesia, mulai dari parkir kendaraan yang seragam di semua tempat wisata. Untuk tempat wisata yang dikelola masyarakat setempat dan pemerintah setempat harga parkir nya sepakat 5.000 dan akan berlipat ganda kalau dikelola swasta. Secangkir kopi mix minimal 5000 bahkan sampai 10.000. teh botol 5.000, coca cola dan teman teman 10.000, indomie 10.000 sampai 15.000, Nasi goreng yang gak ada rasanya jadi 20.000 mulai dari Ragunan, Pangandaran, sampai Lombok. he he he... Luar Biasa.. jadi jangan tanya kalau makanan yang lebih punya nama dan biasa di konsumsi orang berduit..
Yang juga menjadi cara bagi banyak pengelola wisata terutama pemda, ada asuransi untuk kendaaraan yang memasuki areal wisata yang hanya berjarak paling jauh 1 kilometer, ada juga retribusi untuk kebersihan, dinas pendapatan daerah, asuransi jiwa, dan banyak tetek bengek lainnya yang dijadikan paket untuk pintu masuk daerah wisata. Mungkin semuanya akan terasa wajar jika semua yang kita bayar sesuai dengan apa yang kita temukan dilokasi tersebut. Fasilitas umumnya sangat alakadarnya, yang bagus hanya pintu gerbangnya yang pasti dibangun dari uang rakyat.
Coba perhatikan tujuan wisata yang lebih khusus seperti Bali, Lombok, Karimun Jawa, Raja Ampat, Bunaken, Toba, dan wisata pantai, rasanya rakyat jelata seperti gue hanya bisa nonton di TV atau denger denger dari tetangga yang lebih beruntung.... Mahalllll pasti mas Bro n sist.....
Trus apa yang dilakukan pemerintah dari negara yang lagi belajar demokrasi ini.... Retorika masa orba masih membayangi setiap langkah pemerintah.... PNS nya dari profesor sampai tamatan sma masih banyak yang membuat program yang hanya mementingkan bungkus luarnya, tidak sampai menyentuh persoalaan dasar, tidak terkordinasi dengan baik antar instasi menjadi kendala yang selalu ada. Banyak program yang nota bene dibayar dengan uang negara, hanya bagus di teori dan sangat buruk di pelaksanaannya. terus diklaim berhasil dengan parimeter yang lebih mengandalkan angka angka... Sebuah kebodohan yang terus berulang dan berulang...
Setiap daerah punya ciri khas tersendiri, memang tidak diragukan lagi. Jangan heran kalau ke cipanas garut, mobil yang kita bawa dicuci setiap kita parkir, di hotel, tempat umum, warung makan, dengan setengah memaksa meminta kita membayar 15.000 sampai 20.000. Tanpa perduli kita baru aja cuci steam. Atau siap siap aja membayar sewa rakit yang hanya berjarak 100 meter dengan harga 80.000. ada juga masyarakat yang sengaja membuat portal di jalan masuk agar bisa mengutip 5.000 untuk setiap mobil wisatawan yang lewat. Jangan juga merasa berat kalau mau lihat sunrise kita harus bayar retribusi, Ada juga situs purbakala yang harus bayar 25.000 untuk setiap pengunjung sementara tak ada fasilitas umum yang memadai disana.
Belum lagi jagoan jagoan lokal yang memasang tampang garang dan mengutip uang takut dengan karcis atau tanpa karcis. atau organisasi masyarakat yang merasa jadi penguasa daerah.
Jadi bersiaplah membayar dan membayar untuk menikmati keindahan negeri sendiri. Jika pemahaman bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini masih bisa kita terima dengan senang hati, namun tentunya jangan sampai berlebihan. Kita rakyat yang bodoh ini juga sangat menyadari bahwa tempat wisata perlu perawatan, dan pegawai pegawai yang bernaung dibawahnya perlu untuk makan anak bininya. Tetap jangan berlebihan.
Ini lah Indonesia, masihkah kita bangga menjadi Indonesia.
Negeri Diatas Awan
DIENG
Dieng... sebuah nama desa kecil yang ditenggarai merupakan desa terpencil di jawa tengah, namun dibalik stigma kalimat diatas, sesungguhnya Dieng merupakan sebuah tempat yang sangat menarik dari berbagai macam aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya dan tentu aspek ekonomi. Negeri di atas awan yang laksana khayangan rasanya juga menjadi predikat Dieng...
Sejarah peradaban jawa masa lalu, menurut beberapa ahli ternyata berpusat di Dieng. Pembenaran dari pendapat diatas dapat dilihat dari peninggalan situs, prasasti, candi, dan artefak yang ditemukan disekitar Dieng. Peradaban masa lalu Dieng memang sangat tua dan kaya dengan nilai historis masa silam yang mungkin hanya bisa kita reka reka. Namun mengakui kebenaran pendapat bahwa Dieng merupakan pusat dan awal pembentukan budaya Jawa dapat di yakini dari peninggalan masa lalu yang terangkum dalam museum kaliasa Dieng. Bagian prasasti, artefak, situs dan candi menjelaskan kepada kita tentang tahun pembuatannya yang lebih tua dari kerajaan kerajaan awal yang berdiri di Jawa. seperti apa keterkaitan budaya dan agama atau kepercayaan yang dianut pada masa itu dengan kebuadayaan India?.... Rasanya menjadi topik tersendiri bagi peneliti.
Saat ini tentunya banyak asumsi atau pendapat yang layak dicermati bahwa Dieng masa lalu merupakan India kecil di tengah pulau Jawa, dan menjadi pusat peradaban dan budaya kerajaan kerajaan pertama di jawa...Sebuah kejayaan masa lalu yang bernilai tinggi dan tak ternilai.
Maka berkunjunglah ke Dieng tanpa pretensi masa lalu, nikmatilah Alam, Budaya, dan Candi Candi yang masih bisa kita temukan saat ini. Hiruplah kesejukan Dieng, Kagumi Panorama Alam yang menakjubkan dan temukan keunikan budayanya, maka kita akan sangat bersyukur negeri yang luas ini mempunyai Dieng yang sarat dengan keunikan, keindahan, dan pesona yang tiada banding... Rasakan sensasi suhu yang pada bulan juli sampai agustus bisa mencapai 0 derajat celcius. tanpa pretensi masa lalu dan just enjoy guys...
Dieng... sebuah nama desa kecil yang ditenggarai merupakan desa terpencil di jawa tengah, namun dibalik stigma kalimat diatas, sesungguhnya Dieng merupakan sebuah tempat yang sangat menarik dari berbagai macam aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya dan tentu aspek ekonomi. Negeri di atas awan yang laksana khayangan rasanya juga menjadi predikat Dieng...
Sejarah peradaban jawa masa lalu, menurut beberapa ahli ternyata berpusat di Dieng. Pembenaran dari pendapat diatas dapat dilihat dari peninggalan situs, prasasti, candi, dan artefak yang ditemukan disekitar Dieng. Peradaban masa lalu Dieng memang sangat tua dan kaya dengan nilai historis masa silam yang mungkin hanya bisa kita reka reka. Namun mengakui kebenaran pendapat bahwa Dieng merupakan pusat dan awal pembentukan budaya Jawa dapat di yakini dari peninggalan masa lalu yang terangkum dalam museum kaliasa Dieng. Bagian prasasti, artefak, situs dan candi menjelaskan kepada kita tentang tahun pembuatannya yang lebih tua dari kerajaan kerajaan awal yang berdiri di Jawa. seperti apa keterkaitan budaya dan agama atau kepercayaan yang dianut pada masa itu dengan kebuadayaan India?.... Rasanya menjadi topik tersendiri bagi peneliti.
Add caption |
Saat ini tentunya banyak asumsi atau pendapat yang layak dicermati bahwa Dieng masa lalu merupakan India kecil di tengah pulau Jawa, dan menjadi pusat peradaban dan budaya kerajaan kerajaan pertama di jawa...Sebuah kejayaan masa lalu yang bernilai tinggi dan tak ternilai.
Maka berkunjunglah ke Dieng tanpa pretensi masa lalu, nikmatilah Alam, Budaya, dan Candi Candi yang masih bisa kita temukan saat ini. Hiruplah kesejukan Dieng, Kagumi Panorama Alam yang menakjubkan dan temukan keunikan budayanya, maka kita akan sangat bersyukur negeri yang luas ini mempunyai Dieng yang sarat dengan keunikan, keindahan, dan pesona yang tiada banding... Rasakan sensasi suhu yang pada bulan juli sampai agustus bisa mencapai 0 derajat celcius. tanpa pretensi masa lalu dan just enjoy guys...
Langganan:
Postingan (Atom)